Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2017

Penantian berakhir Penipuan

Belakangan ini, setiap kali membuka channel televisi, berita tentang penipuan berserakan di layar kaca. Fokus berita yang ingin tuliskan yaitu penipuan terhadap masyarakat yang sudah lelah dan bahasa lebaynya sampai tertatih untuk menabung agar bisa sampai menuju Baitullah. Namun, sayang sungguh disayangkan, uang mereka kini hilang tak berbayang.  Saya membaca raut kecewa di wajah mereka dan penuh harap uang kembali. Sebagian lagi memiliki harapan yang berbeda, kalau sekiranya uang tidak kembali pun, setidaknya mereka tetap diberangkatkan ke tanah suci. Dalam kondisi mereka yang kehilangan uang yang sudah ditabung sekian lama, dengan kasus seperti ini mereka mau tidak mau harus membayar pengacara lagi untuk mendampingi mereka untuk menyelesaikan kasusnya. Berlipatlah pengeluaran mereka. Saya bahkan tak berani ber-andai jika saya di posisi mereka. Karena saya tak bisa membayangkan bagaimana rasanya. Hikmah yang saya ambil dari kasus ini adalah agar lebih berhati-hati. Apalagi

Tentang Niat dan Sebuah Proses

BEBERAPA hari yang lalu, seorang ibu bertanya pada saya.  " Nur berapa lama menyelesaikan buku MCDP itu?" .  Saya tersenyum mendengar pertanyaan beliau. " Nur mulai meniatkan menulisnya sejak 2013 bu. Tapi selesainya baru tahun 2017," aku merasa malu menceritakannya.  " Saya sudah pernah menulis. sudah siap beberapa halaman tapi sampai sekarang belum jadi juga," ujar beliau sembari melemparkan senyum. Saya pun, hanya bisa tersenyum. Tak mampu memberikan eksposisi. Saya memang memulai membuat kerangka buku MCDP itu baru di bulan September 2013. Bertepatan dengan bulan keberangkatan menuju lokasi pengabdian. Namun, kalau niat dan keinginan memiliki karya solo, sudah sejak lama. Dan bahkan point itu selalu saya masukkan dalam daftar capaian pada setiap penghujung tahun. Bias anya saya menuliskan resolusi untuk setiap tahunnya. Walaupun terkadang saya tidak begitu peduli apakah akan tercapai atau tidak nantinya semua resolusi itu.  "Rencana y

Muhasabah

Tentang Ujian "Mukmin itu, jika diberi ujian dia bersabar. Dan jika diberi nikmat dia bersyukur" Menghadapi sebuah ujian dan musibah itu bukan perkara mudah. Namun, mengapa kita masih sanggup tersenyum, mampu tertawa walau terkadang sedang berada pada kondisi ini? Jawabannya yaitu karena Allah. Jika permasalahan yang silih berganti adalah akhir dari sebuah kehidupan, barangkali kita akan menjadi salah satu bagian dari golongan itu. Akan tetapi, oleh kekuatan iman dan atas sebuah keyakinan bahwa semuanya takkan melampaui batas kemampuan, maka kita masih terus mengikhtiarkan untuk kuat dan bertahan.  Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat kebajikan (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya (QS. Al-Baqarah:286) Ayat sempurna dari Ar-Rahman yang menjadi sebuah referensi bagi kita untuk terus yakin dalam menghadapi berbagai hal yang menghampiri, baik itu musibah

Catatan

Penantian adalah Ujian: Nasihat untuk diri R iuh tawa para jamaah menambah keramaian pagi itu. Saat sesi tanya jawab berlangsung, pemateri membacakan sebuah pertanyaan yang diketik rapi dalam kertas putih.  " Ustad, saya ingin menikah. Selama 4 tahun saya menunggu seorang perempuan tanpa komunikasi. Dan setelah menyampaikan ke orang tua, mereka telah setuju. Namun ternyata, sebelum saya melamarnya, saya mendapatkan kabar kalau dia telah menerima pinangan dari seorang laki-laki. Berikan saya nasihat ustad, agar saya bisa melupakannya".  Saat riuh masih belum sirna, terdengar suara para perempuan yang duduk di sampingku. " Wah,kasihan dia ya". "dia menunggu, ternyata mau melamar, ditikung". "dia sih salah, menunggu tidak memberitahu sama sekali. Mungkin perempuan itu memang tidak tahu sama sekali kalau ada yang menungguinya," Itu beberapa respon mereka. Sementara aku hanya terdiam dan menyimak. Pemateri tidak memberikan jawaban seca

Catatan

Me(nanti) Untuk Pergi S ederetan tanya yang sedari kemarin bertengger, perlahan mulai terbang. Saat detik demi detik penuh dengan tanya, aku lebih memilih menyeduh penantian dengan berbagai rupa yang rahasia. Cukup aku, Allah dan malaikat mengetahui, tentang bagaimana aku mengemas penantian itu. Membersamai pagi siang hingga mengunci malam dengan doa-doa yang dirangkai sedemikian rupa dan penuh kehati-hatian. Sebab aku tak ingin membuatNya murka, mendahului ketetapanNya. Cukup engkau nikmati sisa-sisa penantian ini, begitu kira-kira makna penantian yang tersirat. Sederetan tangan yang bicara, perlahan membisu. Bungkam dalam kesibukan satu per satu. Sementara aku terus mengamati dan larut dalam renungan yang tak rampung. Mengabadikan kata dalam rupa yang lama namun baru bisa direalisasikan.  Akan ada pe(nanti)an yang akan meminta kita untuk pergi, dan tidak tahu pasti kapan kembali. Sebab masa yang telah ditetapkan seakan meminta kita untuk berdiam lama. Meminta kita untuk

Puisi

Tentang Rindu Oleh: Juniar Sinaga E mbun tersandung, terjatuh diantara ranting ranting doa pun titip titip rindu telah sampai padaNYA lewat deraian rasa dalam doa yang termaktub pada rakaat rakat pagi siang hingga petang Bongkahan asa mencair disirami kelegaan saat semua sampai padaNYA kutitipkan mereka padaMU, dalam rakaat bersimbah rindu Pekanbaru, 08 Agustus 2017