Skip to main content

Muhasabah

Tentang Ujian

"Mukmin itu, jika diberi ujian dia bersabar. Dan jika diberi nikmat dia bersyukur"
Menghadapi sebuah ujian dan musibah itu bukan perkara mudah. Namun, mengapa kita masih sanggup tersenyum, mampu tertawa walau terkadang sedang berada pada kondisi ini? Jawabannya yaitu karena Allah. Jika permasalahan yang silih berganti adalah akhir dari sebuah kehidupan, barangkali kita akan menjadi salah satu bagian dari golongan itu. Akan tetapi, oleh kekuatan iman dan atas sebuah keyakinan bahwa semuanya takkan melampaui batas kemampuan, maka kita masih terus mengikhtiarkan untuk kuat dan bertahan. 


Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat kebajikan (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya (QS. Al-Baqarah:286)

Ayat sempurna dari Ar-Rahman yang menjadi sebuah referensi bagi kita untuk terus yakin dalam menghadapi berbagai hal yang menghampiri, baik itu musibah ataupun nikmat. Sebab, baik musibah dan nikmat, keduanya merupakan ujian yang bisa menghantarkan kita kepada keburukan atau sebaliknya yakni kepada kebaikan. Saat musibah yang datang, menjadi bagian muhasabah, maka akan bertambah jarak kedekatan kita pada Allah. Sebaliknya, nikmat yang datang pun bisa men-jarak-kan kita dengan Allah. Karena kita seolah berpikir bahwa segala nikmat yang didapatkan, semuanya atas kerja keras dan ikhtiar kita semata. Pikiran seperti ini akan menghantarkan kepada kekufuran, dan ini hanya akan dilakukan oleh orang-orang yang ingkar. 

Mampu bertahan menghadapi segala perkara, bukanlah karena kekuatan diri kita. Bukan juga sebab kehebatan yang kita miliki, melainkan karena Allah. Maka bersyukurnya kita yaitu ketika musibah demi musibah yang ada, memperdekat jarak kita dengan Allah. Demikian juga dengan nikmat yang kita terima, ianya pun membuat keimanan kita semakin kuat.

Sebuah keyakinan yang terus kita tanamkan yaitu bahwa segala sesuatu yang terjadi biidznillah. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Maka saat sesuatu hal terjadi, tidak ada kata 'kebetulan'. 
Qoddarullah wama syafa'ala


Jum'at, 2 Zulhijjah 1438 H/25 Agustus 2017

Wa ila rabbika farghob
Rabbana 'alaika tawakkalna
Keep tawadhu
-Juniar Sinaga-



Comments

Popular posts from this blog

Ia yang kuakrabi dengan sapaan -Man-

Aku mengakrabinya dengan sapaan  Man . Di bulan namaku, yaitu Juni 2018 adalah perjumpaan perdana dengannya saat mengikuti kegiatan SiDaus di Jakarta. Belum pernah bersua sebelumnya dan juga tak pernah berkomunikasi walaupun melalui media sosial, sebab memang belum mengenalinya baik secara langsung maupun tidak langsung. Di perjumpaan perdana itu pula aku mengetahui bahwa logo harlah SM-3T yang sejak awal muncul sudah menghadirkan kekaguman dalam kalbu. Hingga kugoreskan dalam sebuah kalimat metafora, dan barangkali tak dimaknai oleh yang membaca sebelumnya, jika saja tak kuberitahu. Karya yang sedemikian  sempurna itu adalah hasil karyanya.  Kala itu kami saling bertegur sapa di sela-sela kegiatan. Saling bertanya nama lalu akrab di spasi waktu yang singkat. Kemudian bercengkerama dalam waktu begadang untuk menyusun reportase bersama. "Kakak cepat juga ya akrab," ujarnya malam itu. Aku hanya tertawa merespon ujaran itu. Saling berbagi cerita tentang tempat t...

Mengabdi Untuk Negeri Bersama SM-3T

Inilah Diri, Dengan Kontribusi Mini engkau mengajarkanku tentang sebuah kemanfaatan... engkau berikan aku semangat untuk terus berkarya untuk negeri ini... engkau didik aku untuk mendidik... engkau ajar aku untuk mengajar... engkau tempa aku untuk serba bisa,,, Aku akan terus berupaya dan berusaha agar mampu dan bisa memberikan yang terbaik untuk negeri ini Walau lewat sebaris kata... SM-3T, engkau tetap di hati **** Sebelum melaju ke untaian kata berikutnya, aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk SM-3T. Semoga semakin sukses dalam menyiapkan generasi pendidik yang handal, kreatif, inovatif dan berempati.Sejujurnya, aku sangat bangga bisa menjadi bagian dari SM-3T. Disinilah aku dididik untuk menjadi seorang yang pendidik yang harus serba bisa. Iya, saat tiba di tempat pengabdian kita tidak hanya berperan sebagai pendidik, pengajar. Namun juga sebagai tenaga medis, sebagai orang tua, dan lain sebagainya. Sungguh hal luar biasa. Namun tidak ada ra...

'Narasi' Ukhuwah

A ku lupa kapan  pers isnya bersua denganmu Kak. Aku hanya mengingat bahwa kita dipertemukan lewat lingkaran cinta yang pada akhirnya membuat kita layaknya adik kakak. Jumlah kita tak ramai kala itu. Namun momen setiap pekannya adalah hal yang selalu kita nantikan. Terkadang, saat jadwal pertemuan itu telah tiba, banyak godaan yang menghampiri kita. Namun semuanya kita lewati karena saling menguatkan, saling mendoakan dan mendukung. Apalagi kala itu kita ibarat 'tukang ojek' dalam dalam lingkaran itu. Menjemput mereka yang jika kadang terkendala bepergian karena suami mereka ada kerja. Kita asyik-asyik aja dengan tugas itu. Tak mengenal jarak. Malah kadang bertanya dan menawarkan jasa. Usia kita hanya beda satu tahun. Hal itu yang tidak pernah menjadi masalah bagi kita. Kadang kita sharing, saling berbagi, bercerita tentang kendala dan masalah lalu mencari solusi. Aku masih ingat kala itu, saat bermain-main ke rumahmu Kak. Bertemu adik bungsumu yang sering kakak ceritakan...