Me(nanti) Untuk Pergi
Sederetan tanya yang sedari kemarin bertengger, perlahan mulai terbang. Saat detik demi detik penuh dengan tanya, aku lebih memilih menyeduh penantian dengan berbagai rupa yang rahasia. Cukup aku, Allah dan malaikat mengetahui, tentang bagaimana aku mengemas penantian itu. Membersamai pagi siang hingga mengunci malam dengan doa-doa yang dirangkai sedemikian rupa dan penuh kehati-hatian. Sebab aku tak ingin membuatNya murka, mendahului ketetapanNya. Cukup engkau nikmati sisa-sisa penantian ini, begitu kira-kira makna penantian yang tersirat.
Sederetan tangan yang bicara, perlahan membisu. Bungkam dalam kesibukan satu per satu. Sementara aku terus mengamati dan larut dalam renungan yang tak rampung. Mengabadikan kata dalam rupa yang lama namun baru bisa direalisasikan.
Akan ada pe(nanti)an yang akan meminta kita untuk pergi, dan tidak tahu pasti kapan kembali. Sebab masa yang telah ditetapkan seakan meminta kita untuk berdiam lama. Meminta kita untuk menabung rasa, rindu dan melanjutkan anyaman asa yang kemarin.
Biarlah ke(pergi)an kita menjadi ketetapanNya. Nikmati masa yang tersisa, sebab nanti setelah disana takkan mudah untuk berlabuh di tanah yang kita tempati, kini.
Wa ila rabbika farghob
Keep tawadhu
Ruas Malam, 18-08-2017
Ruas Malam, 18-08-2017
Comments