Skip to main content

Perjalanan Yang Tak Biasa

Bandara Sultan Hasanuddin Makassar
Setiap perjalanan memberikan makna tersendiri bagi tuannya. Demikian jugalah yang aku rasakan. Sejak tahun 2014 aku berkeinginan dapat menjejaki Sulawesi. Satu dari sekian pulau besar di Indonesia. Akan tetapi, seapik apapun kita merencanakan sesuatu, ketetapan itu hanyalah milikNya.
Sejak niatan itu pula aku terus berupaya. Menabung keinginan lewat ikhtiar yang berspasi. Memadukan keyakinan dan ikhtiar, lalu digenapi dengan doa. Hingga akhirnya pemilik semesta mengabulkannya. 
Perjalanan yang cukup jauh, namun bersyukur karena jasadku tak 'rewel' seperti biasanya. Padahal biasanya itu, membayangkan jarak saja sudah sakit kepala, pusing duluan. Alhamdulillah untuk perjalanan ini jasad dapat diajak berkompromi. Melampaui daratan, udara hingga sampailah di tujuan. Maa Sya Allah walhamdulillah, bersyukur dapat menjejaki pulau Sulawesi. Sebelumnya hanya mampir sejenak karena transit sebelum melanjutkan perjalanan menuju latar berikutnya. Dan kali ini, bukan sejenak dan bukan transit, melainkan berkesempatan beberapa waktu.
Bandara Sultan Hasanuddin Makassar
Berkabar dan saling berjanji untuk menjenguk Rahman yang sedang sakit. Daftar yang jauh sebelumnya tak pernah terpikirkan. Namun itulah ketetapanNya, tak dapat dihindari. Seperti yang aku goreskan sebelumnya di http://ju-si.blogspot.com/2018/12/ia-yang-kuakrabi-dengan-sapaan-man.html. Rahman yang beberapa waktu sebelumnya kutemui di Palembang dalam sebuah kegiatan, hari itu jauh berbeda kondisinya. Dan lagi, aku tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebab beberapa hari sebelumnya juga hanya potretnya yang kulihat. Ternyata kenyataannya lebih menyayat. Dan tak sanggup rasanya menatapi berlama-lama. Bahkan aku sendiri berusaha menahan air mata.

Usai dari rumah sakit, perjalanan menuju basecare Makassar. Latar yang biasa digunakan teman-teman untuk melingkar, merangkum segenap kegelisahan untuk direalisasikan. Teringin bersua secara langsung, sebab selama ini hanya berkoordinasi secara tidak langsung. Teringin 'mencuri' ilmu mereka, semangat mereka dan beragam perihal lainnya.

Berpose bersama alumni di Basecare Makassar
Perjalananku bukan perjalanan biasa. Sebab segenap hikmah berhimpun di dalamnya. Mengawali langkah untuk menjenguk teman se-wadah, lantas berlanjut pada kegiatan Refleksi dan Proyeksi yang juga sejak dulu teringin dapat diikuti. Alhamdulillah Allah kabulkan (lagi).

Di sesi ini hikmah itu semakin menghijau. Berhimpun dengan teman-teman yang sejak awal hanya berkomunikasi lewat komunikasi. Seperti sudah saling mengenal namun nyatanya disatukan oleh sebuah frekuensi dan wadah yang satu. 
Satu malam berlalu. Momen tentang dikejar-kejar monyet di Tanjung Pallette belum sirna. Saling tertawa saat mengingatinya. Malam terus berlanjut pada agenda yang lainnya. Saat semua sedang bergumul dan khusyu dalam pemaparan, seketika suasana hening.

Refleksi dan Proyeksi Masyarakat SM-3T Institute
Refleksi dan Proyeksi Masyarakat SM-3T Insitute
Semuannya menunduk, melafazkan doa-doa untuk teman yang kala itu terbaring dan kritis di rumah sakit. Suasana mulai beda terasa. Beberapa menit berlalu, pemaparan pun berlanjut. Namun, tetiba semuanya terdiam. Ada yang menerima telepon, ada yang mengutak-atik hape, ada yang gusar dan selebihnya ada yang mulai terisak. Aku menoleh ke arah teman-teman di belakangku. Suasana malam sangat berubah dan berbeda. Dan tak lama setelahnya semua berderai air mata.

Kepergian dari seorang teman yang dikenal baik, menghadirkan isakan malam itu. Lemas seketika jasad. Air mata membanjiri malam. Agenda terus dilanjutkan hingga akhir. Selepasnya, malam itu juga keseluruhan berkemas. Menyatu dengan malam dengan isak dan rasa kehilangan. Tawa sirna seketika. Hening hingga pagi.

Sekitar jam 04.00 wita jenazah tiba di lokasi tepatnya di Bone. Air mata pun kembali hadir. Tak sanggup dalam suasana itu. Semua larut dalam rasa kehilangan dan menangis. Aku menatapi wajah teman-teman yang sembab, sebab tangis dan kurang istirahat.

Perjalananku bukan perjalanan biasa. Sebab segenap hikmah larut di dalamnya. Untuk sahabat telah berpulang terlebih dahulu, semoga tenang disana. Untuk teman-teman basecare Makassar, terimakasih untuk kebersamaan beberapa waktu yang singkat namun berkesan. Untuk segenap latar bisu yang menghadirkan banyak perihal, syukurku pada Sang Pencipta yang menciptakan. Sebab mentafakkurimu membuatku semakin dekat dengan Penciptaku.

Batam, 29 Desember 2018
-Juniar Sinaga-
#Keeptawadhu

Comments

Ikhsan Fiqri said…
Terima kasih juga telah berkunjung ke Makassar ito, semoga bisa berjumpa lagi

Tetap semangat dalam berkarya
🙏
aamiiin. sama-sama anggi.Terima kasih tak berbatas ya...

Popular posts from this blog

Membaca Latar dan Pelakonnya

Aku terus belajar membaca latar yang baru, juga pelakon yang bermukim di dalamnya. Sederetan karakter dan dialek yang berbeda belum rampung kupahami. Bukan hanya yang ditemui yang dibaca, bahkan kaki-kaki yang melangkah bersamaan di latar ini pun masih harus kubaca dengan seksama. Di pintu pagi sering kutemui resah, namun wajahku tak sampai basah. Sebab simpuh di seba'da adzan subuh masih ada untuk penguatan. Pun punggung lantai masih ada untuk tempat bersimpuh. Beragam desah dan gelisah pun tak luput di ruang-ruang perkumpulan para pemilik karakter yang berbeda. Sementara aku hanya terus berpikir sembari memohon kelembutan hati. Apakah mungkin kita terus meng-ego-i, memikirkan kepentingan diri kita sendiri. Lalu setelah itu kita bernyanyi dengan nyaring tanpa memikirkan kepentingan lainnya. Apakah mungkin kita mengingkari, kata-kata kebersamaan sedari awal, lalu kita mementingkan keinginan diri sendiri, meninggalkan yang lainnya tertatih dan merintih.  Dalam palungan

Gula Getah

Siswa kelas V SDN 011 Candi, Kep. Anambas Sumber: Dokumentasi penulis Di Rabu siang, untuk ketiga harinya aku (lebih) terakhir balik sekolah. Jauh dari waktu yang biasanya. Ada sesuatu hal yang belum mengizinkan untuk bisa pulang seperti biasa. Aku duduk mengutak-atik laptop dan hape di ruangan wifi sekolah. Sesaat kemudian, anak-anak berdatangan. Bergerombok bak semut, mengelilingku.  "Ibu balik jam berapa," tanya mereka. "Nanti sebentar lagi," kembali kusambangi goresan di layar laptop. "Ibu jalan kaki ya?" tanya mereka. Aku hanya menggangguk-angguk sambil tersenyum. "Kasihan Ibu," sayup kudengar suara itu berulang-ulang. Aku keasyikan dengan laptop. Sehingga suara bising yang lalu lalang tak kuhirauakan. Sesekali kupandangi wajah anak-anak. "Sungguh, jasad anak-anak ini tiada lelahnya," pikirku. "Ibu nanti balik jam berapa? "Kami nak antar ibu balik, tapi kami terobosan sore," ujar mereka dengan

'Narasi' Ukhuwah

A ku lupa kapan  pers isnya bersua denganmu Kak. Aku hanya mengingat bahwa kita dipertemukan lewat lingkaran cinta yang pada akhirnya membuat kita layaknya adik kakak. Jumlah kita tak ramai kala itu. Namun momen setiap pekannya adalah hal yang selalu kita nantikan. Terkadang, saat jadwal pertemuan itu telah tiba, banyak godaan yang menghampiri kita. Namun semuanya kita lewati karena saling menguatkan, saling mendoakan dan mendukung. Apalagi kala itu kita ibarat 'tukang ojek' dalam dalam lingkaran itu. Menjemput mereka yang jika kadang terkendala bepergian karena suami mereka ada kerja. Kita asyik-asyik aja dengan tugas itu. Tak mengenal jarak. Malah kadang bertanya dan menawarkan jasa. Usia kita hanya beda satu tahun. Hal itu yang tidak pernah menjadi masalah bagi kita. Kadang kita sharing, saling berbagi, bercerita tentang kendala dan masalah lalu mencari solusi. Aku masih ingat kala itu, saat bermain-main ke rumahmu Kak. Bertemu adik bungsumu yang sering kakak ceritakan di li